Cari Blog Ini

Senin, 18 Juli 2011

MAKNA DIBALIK PENDERITAAN

(Epochtimes.co.id)
Baru-baru ini saya membaca ulang buku Dong Xin Ren Xing (Pergerakan Hati dan Hakiki Kesabaran) yang ditulis Meng Zi (penerus aliran Khonghucu). Setelah membacanya, buku ini memberikan kesan mendalam bagi saya, terutama ketika saya bandingkan dengan pengalaman di kehidupan nyata, buku ini membuktikan kebijakan dan pandangan ke depan orang zaman kuno.
Meng Zi adalah salah satu contoh tokoh yang patut dihormati. Dia lahir dari keluarga miskin. Dalam kondisi sulit, dia mengabdi kepada pemerintah dan akhirnya meraih prestasi yang luar biasa. Hal itu disebabkan cobaan yang dikatakan, “Derita pikiran dan hatinya, melelahkan urat dan tulangnya, melaparkan jasadnya, melelahkan tubuhnya.” Mawas dan menyemangati diri sendiri, menggembleng jiwa dan raganya, maka disebut dengan, “Hidup dalam penderitaan, meninggal dengan damai dan bahagia.”
Tetapi acapkali orang tua zaman sekarang menganggap kebahagiaan adalah dengan memberikan perlindungan maksimal kepada anak. Namun mereka tidak mengetahui bahwa anak akan kehilangan kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Banyak yang menganggap bahwa cinta kasih terbesar orang tua adalah dengan memberikan kehidupan materi berlimpah kepada anak-anak mereka. 
Dengan memanjakan anak, menyebabkan pundak anak tidak bisa memikul dan tangannya tidak bisa mengangkat. Akibatnya dalam kehidupan nyata, anak tersebut tidak memiliki rasa bersyukur dan tidak dapat menunjukkan perhatian kepada orang tua mereka.
Di sekolah, anak bersikap angkuh dan hidup boros. Jika tuntutan guru lebih tinggi sedikit anak sudah tidak dapat menerima. Dalam pergaulan, anak juga tidak bisa memikirkan orang lain, asal disalahkan sedikit saja, bisa menimbulkan konflik. Lalu apakah anak patut dipersalahkan?  
Sebuah pepatah di Taiwan mengatakan, “Penderitaan itu bagaikan nutrisi.” Sekilas perkataan ini sangat mudah dikatakan, namun ada berapa banyak orang tua yang benar-benar rela jika anaknya menerima lebih banyak kegagalan? Julukan “bunga yang tumbuh dalam ruangan” bukankah berasal dari sini?
Bila kita amati, beberapa tahun belakangan ini persentase orang bunuh diri naik secara drastis, dan penderita sakit jiwa juga bertambah. Fenomena tersebut bukankah menandakan bahwa banyak dari manusia tidak tahan menghadapi beban tekanan dan tidak mampu menghadapi kegagalan? 
Kegagalan mungkin terasa menyakitkan dan kesulitan itu penuh dengan tantangan. Hal ini tepat adalah pengalaman paling indah dalam rona kehidupan manusia. Jika kita selalu menghindari pengalaman pahit di sepanjang perjalanan hidup, sama artinya dengan kehilangan mengecap suka duka kehidupan. Pengalaman Anda ketika berada dalam keadaan kritis dan bahaya mungkin bisa Anda gunakan sebagai batu loncatan menuju ke jalan yang lebar dan luas.
Di masa mendatang yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti, jika Anda mendapat kesempatan mengalami penderitaan, janganlah lupa untuk tetap bersyukur. Jika Anda menemui kesulitan keuangan, manfaatkanlah kesempatan ini. Kemungkinan besar setelah Anda bisa melewati cobaan ini, akan mendapatkan kecerahan bagai telah melewati bayangan Pohon Willow, di mana akan ada kecerahan bunga dan sebuah desa lain!
Jangan takut pada penderitaan ataupun kegetiran, karena dengan menghadapinya, Anda baru dapat sungguh-sungguh mengetahui makna kehidupan.  (Zhang Jin Mei / The Epoch Times / lin)